Ciri khas lukisan Jeihan dapat dikatakan dengan mata hitam atau mata cekung. Tekniknya selalu menggambarkan karakter dengan mata hitam dan warna datar sederhana.
Sejumlah kritikus seni menyebut karya lukis Jeihan perpaduan antara kepercayaan mistik dunia timur dan analitis barat. Sehingga kecenderungan karyanya yang diam menyorotkan aura meditatif dan cenderung ke Dadaisme.
Pada 1963, Jeihan menemukan ciri kahasnya ini ketika dia masih menempuh kuliah di ITB, yang diyakini menjadi masa tersulit dalam hidupnya.
Jeihan menggunakan warna-warna terang tapi tidak cerah, melainkan menambahkan sesuatu nilai berat. Hal itu adalah karena warna, bagi Jeihan, adalah unsur pendukung bagi apa yang hendak dilukiskannya. Dalam kreasinya itu, Jeihan selalu menjenguk hikmah dari segala kejadian. Kembali lagi ia merujuk bahwa manusia beriman mengakui keberadaan Allah, Sang Pencipta.
Bagi Jeihan, hidup ini adalah untuk dijalani, menggelinding terus, mengalir dan berujung tak henti dalam maya. Melukis, bagi Jeihan adalah amalan yang ingin disampaikannya, dan diharapkannya sebagai syiar.
Jeihan menuturkan bahwa, “Pengantar terbaik adalah Iman diri sendiri. Mengapa tak pilih yang terbaik. Kenalilan diri anda lewat lukisan saya, atau sebaliknya.”
No comments:
Post a Comment