Dari tahun ke tahun daftar lukisan termahal semakin menunjukan peningkatan nilai harga cukup fantastis, berganti tahun berganti pula pemegang rekor lukisan termahal, khususnya lukisan old master atau lukisan karya pelukis maestro legendaris Indonesia.
Balinese Procession (Prosesi Warga Bali) karya maestro Lee Man Fong menjadi lukisan old master Indonesia termahal tahun 2017. Lukisan yang dirampungkan pada 1941 itu mencapai angka HK$15,7 juta atau setara dengan Rp27,28 miliar, di balai lelang Sotheby’s Hong Kong, April 2017.
1. Balinese Procession (Prosesi Warga Bali) – Rp. 27,28 miliar
Lee Man Fong yang lahir di Guangzhou, Tiongkok, pindah ke Singapura saat usia belia. Setelah sempat tinggal di Batavia, dia bermukim di Bali dalam waktu cukup lama.
Balinese Procession menggambarkan kehidupan sehari-hari di Bali, bukan hanya upacara. Lukisan ini menyuguhkan kesan hangat, lembut, dan tenang.
Balinese Procession terjual seharga HK$15,7 juta (Rp. 27,28 miliar) di balai lelang Sotheby’s Hong Kong pada April 2017.
2. The Ruins and The Piano (1956) – Rp. 15,74 miliar
S. Sudjojono (1914-1986) menggunakan lukisan untuk mengekspresikan pandangan politik dan sosialnya. Dia banyak menggambarkan pedesaan dan masyarakat Indonesia dalam kerangka realis.
The Ruins and The Piano dapat dibilang keluar dari pakemnya selama ini. Di sana ada piano teronggok merana di tengah reruntuhan usai bencana, seperti sesuatu yang dicabut dari lingkungan aslinya untuk ditempatkan di suasana asing. Lewat lukisan ini S. Sudjojono mendemonstrasikan eksperimennya atas prinsip-prinsip dan estetika.
The Ruins and The Piano terjual seharga HK$9,06 juta (Rp. 15,74 miliar) di balai lelang Christie’s Hong Kong pada Mei 2017.
3. La Pergola (The Arbour) – Rp. 12,68 miliar
La Pergola mewakili pencapaian visual Le Mayeur, memuat motif-motif favoritnya, yakni perempuan, sinar matahari, dan bunga. Jelas sekali dia menghias halaman rumahnya di pantai Sanur dengan bunga-bunga indah, kolam kecil, dan pura kecil.
La Pergola terjual seharga HK$7,3 juta (Rp. 12,68 miliar) di balai lelang Sotheby’s Hong Kong pada September 2017.
4. Penjual Ikan/The Fish Seller (1981) – Rp. 9,35 miliar
Penjual Ikan, yang dibuat pada masa akhir Hendra Gunawan berkarya, menonjolkan gaya figuratif yang unik serta pemilihan warna-warna cerah. Karya ini adalah bentuk kekaguman Hendra Gunawan kepada sosok-sosok yang dia temui setiap hari, yang hidup sederhana namun penuh martabat.
Penjual Ikan terjual seharga HK$5,38 juta (Rp. 9,35 miliar) di balai lelang Sotheby’s Hong Kong pada September 2017.
5. The Eagle (1948) – Rp. 7,23 miliar
Lee Man Fong gemar memelihara binatang, seperti ayam, merpati, beo, dan anjing. Halaman rumahnya juga berhias kolam tempat hidup ikan mas koki. Tak heran jika dia kerap melukis piaraaannya tersebut.
Dalam metafora masyarakat Tionghoa, elang di atas karang menyimbolkan seorang pahlawan yang berjuang sendirian. Garuda, yang dalam ajaran Hindu adalah kendaraan Dewa Wisnu, dijadikan Lambang Negara Indonesia. Man Fong menggabungkan dua simbolisme kuno itu dalam satu karya, The Eagle.
The Eagle terjual seharga €450 ribu (Rp. 7,23 miliar) di balai lelang Zeeuws Veilinghuis di Middelburg, Belanda pada Juni 2017.
6. The Lotus Pond – Rp. 6,85 miliar
Adrien-Jean Le Mayeur de Meprès (1880–1958) berasal dari keluarga aristokratik di Brussel, Belgia. Dia tiba di Bali pada 1932 dalam usia 52 tahun yang menjadi titik penting dalam hidupnya.
Di Bali, Le Mayeur mengenal penari legong bernama Ni Pollok yang bersedia menjadi model tunggal bagi lukisan-lukisannya dan kemudian menjadi istrinya. Perempuan-perempuan yang ada di lukisan The Lotus Pond ini, misalnya, diperagakan oleh Ni Pollok seorang.
The Lotus Pond terjual seharga HK$3,94 juta (Rp. 6,85 miliar) di balai lelang Sotheby’s Hong Kong pada April 2017.
7. Never Lose Your Fighting Spirit – Rp. 6,36 miliar
Hendra Gunawan (1918 – 1983) mendapat banyak inspirasi saat ikut berjuang dalam masa Revolusi, yang menghasilkan karya-karya dengan nuansa kerakyatan. Namun keberpihakannya pada rakyat, dengan bergabung dalam Lembaga Kebudayaan Rakyat (Lekra), membuat Hendra Gunawan dipenjara selama 13 tahun, pada 1965 – 1978.
Never Lose Your Fighting Spirit terjual melalui lelang di Christie’s Hong Kong pada November 2017 sebesar HK$3,66 juta (Rp. 6,36 miliar).
8. Abstract Composition (1968) – Rp. 5,59 miliar
Ahmad Sadali (1924 – 1987), salah satu seniman Mazhab Bandung, berkarya dengan menggabungkan seni dan unsur kereligiusan. Lulusan Fakultas Guru Gambar pada Fakultas Teknik Universitas Indonesia (sekarang Fakultas Seni Rupa dan Desain ITB) ini digelari Bapak Seni Lukis Abstrak Indonesia.
Abstract Composition sebelumnya koleksi pribadi seorang diplomat Denmark, hingga pada April 2017 terjual melalui lelang di Sotheby’s Hong Kong seharga HK$3,22 juta (Rp. 5,59 miliar).
9. Colosseum, Roma (1972) – Rp. 5,59 miliar
Lukisan ini menandai bagian penting dalam karier Affandi. Dibuat saat Affandi mengunjungi amphitheater Colosseum di Roma, Italia pada musim dingin. Dia berdiri di samping kedai pizza, mengoleskan cat langsung dengan jari-jarinya di tengah perjuangan melawan hawa dingin.
Colosseum, Roma terjual seharga HK$3,22 juta (Rp. 5,59 miliar) di balai lelang Sotheby’s Hong Kong pada April 2017.
10. Andong/Horse Cart (1969) – Rp. 4,34 miliar
Lukisan karya Affandi (1907-1990) ini terjual seharga HK$ 2,5 juta (Rp. 4,34 miliar) di balai lelang Christie’s Hong Kong pada November 2017. Seperti sebagian besar karya Affandi, Andong menunjukkan rasa kemanusiaannya yang mendalam sekaligus penghargaan yang besar bagi mereka yang bekerja mengandalkan fisik.
( sumber )
No comments:
Post a Comment