Hampir 33 tahun ia tinggal di Indonesia mendedikasikan dirinya sebagai pelukis. Ikan Maskoki menjadi tema yang disukainya, hal itu juga sempat dipelajarinya dari guru lukis yang bernama Lingnan. Pernah menjadi tawanan perang dunia II era Jepang tahun 1942 selama 6 bulan setelah diselamatkan opsir Takahashi Masao. Setelah Indonesia merdeka ia dijadikan Soekarno sebagai pelukis istana sejak tahun 1961.
Pada tahun 1964 ia ditugaskan menyusun buku sebanyak 5 edisi; dengan judul "Lukisan-Lukisan dan Patung dari Koleksi Presiden Soekarno dari Republik Indonesia". Karya lukisan Lee Man Fong sebagai pelopor lukisan Asia Tenggara ini terekam dalam buku berjudul "Lee Man Fong: Oil Paintings", volume I dan II dan diterbitkan Museum Art Retreat. Digarap oleh Agus Dermawan T dan editornya Siont Tedja. Kedua buku tersebut berjumlah 700 halaman dengan 471 titel lukisan milik banyak kolektor dari seluruh Dunia.
Karir melukisnya mulai muncul saat pameran di Belanda tahun 1936 ketika diundang asosiasi Hindia Belanda Timur, sebagai pelukis otodidak. Pameran ini membuat seniman Belanda marah karena di luar kebiasaan mengundang pelukis luar terutama Asia. Aktivitas Lee Man Fong semakin maju, ia mengadakan pameran di Jakarta dan Bandung pada tahun 1941. Semua hasil lukisannya tentang Bali sejak 1940 an itu pun sukses digelarnya.
Kiprah Lee Man Fong di tengah pusaran seni Indonesia tak bisa dipandang sebelah mata sebab, kecintaannya pada nusantara ini terbilang kental budaya Timur (Asia Tenggara). Sejak tahun 1949 setelah mendapat beasiswa Scholarship Malino belajar di Holand selama tiga tahun kemampuan bakat melukisnya semakin melejit. Soal teknik dan pemilihan tema pun ia tak sembarangan, banyak lukisannya telah menjadi koleksi Soekarno.
Soekarno juga menganugerahi nya warga negara pribumi (WNI) karena Lee Man Fong dianggap mampu mencerahkan senirupa dan politik setelah situasi perang revolusi. Bersama rekannya Lim Wasim produktivitas Lee Man Fong menciptakan karya meningkat lagi di tengah protokoler istana negara. Namun setelah era politik masa Soekarno beralih ke Soeharto, kiprah Lee Man Fong kurang kondusif, ia dituduh beraliran komunis akhirnya ia pergi ke Singapura tahun 1970.
Di sini ia malah dianggap sebagai pelukis besar negara singa tersebut, sebelum akhirnya tahun 1985 kembali ke Indonesia. Pada saat usianya sudah renta tahun 1980 mengidap komplikasi penyakit. Selepas menghadang penyakit (1980-1988) akhirnya Lee Man Fong menyerah kepada takdir pergi menemui Tuhannya pada tanggal 3 April tahun 1988. Inilah beberapa karya lukisannya tentang fauna dan simbolisasi seninya.
Karya lukisan Lee Man Fong tak hanya tentang fauna tetapi juga ada topik lain seperti potret, penari, panorama alam, pasar dan khayalan. Lee Man Fong termasuk pelukis beraliran realisme yang lebih menonjolkan kemiripan, sehingga mudah dicerna. Lukisan goldfish karya Lee Man Fong bukanlah karya biasa tetapi ia banyak menyimpan sejumlah kisah. Kisah unik yang dikreasikan lewat simbol-simbol koi yang beraneka warna-warni.
************************************************
JAVADESINDO Art Gallery
Pelukis Master dengan karya lukisanya yang indah, klik Disini