Tahukah anda Gubernur Jakarta termiskin ?. Kalau anda ke Patung Selamat Datang itu adalah buah karya seorang Gubernur Djakarta yang bernama Henk Ngantung, dia orang kawanua, orang Manado.
Nama lengkapnya Hendrik Hermanus Joel Ngantung. Henk Ngantung ini bisa disebut sebagai salah satu seniman Pasar Senen yang dijaman revolusi dulu menggelandang di sudut-sudut pasar Senen.
Seniman Pasar Senen di jaman Revolusi merupakan jiwa-nya Revolusi Kemerdekaan pada saat itu, merekalah yang menyebarkan propaganda lewat lukisan dan grafitti tentang sebuah bangsa baru bernama Indonesia. Sahabat dekat dan teman keluyuran Henk Ngantung adalah Chairil Anwar, bersama Chairil Anwar yang bergaya hidup bohemian itu, Henk meninju keras-nya Jakarta.
Djakarta adalah pusat dari segala hidup Henk, di tahun 1945-1949, ia merekam seluruh kejadian perang, pertempuran-pertempuran dan persengketaan bersenjata, ia menggambar pertempuran Cikini, ia melukiskan perang di Bekasi dan Henk menggambar sketsa tentang pemuda yang memanggul senjata dan bertempur di medan Revolusi 1945.
Hank juga dekat dengan Asrul Sani, Henk senang dengan gaya Asrul Sani yang kerap kali kocak menggambarkan peristiwa revolusi. Henk pernah berkata "Asrul Sani adalah seorang yang melihat seluruh dunia secara parodik" terbukti di sekitar tahun 1986, Asrul Sani membuat film Nagabonar, sebuah kisah parodik yang amat jenius tentang sifat lucu militer yang membuat orang berpikir bahwa militer sesungguhnya adalah rakyat yang bingung'.
Di tahun 1950-an ketika perang berhenti Henk, dekat dengan kelompok kiri yang beraliran seni realisme. Saat itu berkembang jargon "Seni Untuk Rakyat bukan Seni Untuk Seni".
Henk terpesona dengan RRC, Henk juga kagum dengan gerakan kiri yang membangun seni kebudayaan secara massif, Henk bergabung dengan Lekra, Lembaga Kesenian Rakyat. Disanalah kemudian karir Henk berkembang atas perantaraan Njoto, Henk bisa masuk ke dalam lingkungan Istana dan berkenalan dengan Bung Karno, Henk langsung diangkat oleh Bung Karno jadi pelukis Istana.
Salah satu lukisan yang paling disukai Bung Karno adalah lukisan wajah Setiadjid, lukisan ini amat ekspresionis. Setiadjid adalah Wakil Perdana Menteri semasa Amir Sjarifuddin menjadi Perdana Menteri di tahun 1946/1947.
Suatu malam di tahun 1964, Sukarno incognito di Jakarta tengah malam. Ia mengelilingi pasar-pasar di Jakarta.
Henk Ngantung, Memanah, oil on canvas, 152cm X 152cm, Th 1944 - Koleksi Bung Karno
Di Dekat Gedung Bank Indonesia, mobil VW Combi yang digunakan Bung Karno berhenti, disana Bung Karno memerintahkan ajudannya untuk memanggil tukang jagung bakar yang mangkal tak jauh dari gedung Bank Indonesia, sambil makan Jagung Bakar Bung Karno melihat-lihat sekelilingnya, tiba-tiba muncullah ide gila Sukarno "Bagaimana kalo Djakarta dipimpin seorang Seniman" aku mau Djakarta jadi kota seni budaya terbesar di dunia, kota di mana manusia-manusianya menonjolkan kemampuan budaya" kata Bung Karno kepada Sabur, ajudan kesayangannya itu. Sabur hanya mengangguk saja.
Seminggu sesudahnya Sabur disuruh menyalin surat pengangkatan Henk, saat itu Bung Karno lagi melihat Henk bekerja di salah satu ruangan sedang merapikan salah satu hasil karyanya.
"Eh, Henk kamu mau jadi Gubernur Djakarta?". "Ha?" kata Henk kaget.
"Sudahlah kamu saya angkat jadi Gubernur Djakarta" kata Bung Karno dengan mata melotot.
Henk kebingungan tapi tidak bagi Bung Karno. Henk Ngantung resmi jadi Gubernur Djakarta. Pengangkatan Henk sontak membuat gempar banyak orang. Sumarno eks Gubernur Djakarta sebelumnya protes keras, tapi dicuekin Bung Karno.
Henk Ngantung, Dua Gadis memakai caping, Oil on canvas, 150cm X 95cm, Th 1957 - Koleksi Bung Karno
Henk langsung menyusun blue print kota Djakarta yang penuh dengan hasil karya seni di tiap sudutnya, Bung Karno dengan sigap menandatangani. "Henk kota ini harus jadi Kota Internasional, harus lebih berbudaya ketimbang New York yang kota PBB itu, Kota Djakarta akan aku jadikan kota dunia 'Negara-Negara Kekuatan Baru, New Emerging Forces".
Seminggu Henk jadi gubernur, tiba-tiba harga beras naik dan beras banyak menghilang begitu juga semen, Henk harus mengatasi persoalan itu dengan cepat. Sial bagi Henk pada tanggal 30 September 1965, Letkol Untung Bin Samsuri culik Yani Cs, Henk yang tak tau apa-apa soal gerakan langsung ditangkap tentara, Henk diberhentikan jadi Gubernur DKI. Karena dulu ia merupakan anggota Lekra, sebuah lembaga yang dianggap sayap budayanya PKI.
Henk terpaksa jual rumahnya, selepas dari penjara Orde Baru. Henk hidup amat miskin dan kekurangan, ia tinggal di gang yang sempit pinggir kali Ciliwung, ia sering merenung sendirian di pinggir kali ciliwung yang kotor itu, namanya tak pernah disebut dengan terhormat di Pemda DKI. Henk adalah orang yang terlupakan.
Henk Ngantung, Perahu-Perahu di pantai, Oil on Canvas, 96cm X 170cm - Koleksi Bung Karno
Di tahun 1989 ada berita kecil soal Henk yang membuat banyak orang tersentak, bahwa ada Gubernur Djakarta yang dikucilkan dan hidup sengsara, Ciputra penguasaha Real Estate yang banyak bekerjasama dengan Pemda DKI untuk proyek-proyeknya kemudian membantu Henk, ia terketuk hatinya melihat kondisi Henk.
Saat menggelar galery pameran lukisan untuk Henk, Pak Tji menangis. Henk terkena penyakit Glukoma, ia bila melukis harus melihat sangat dekat ke kanvas.
Seorang gubernur yang terlupakan, mimpi Sukarno tentang kota budaya yang juga dilupakan, Jakarta bukan lagi kota budaya, tapi sebuah kota yang berisi tembok-tembok besi kapitalis, dimana rakyat harus masuk dalam sebuah labirin bersekat-sekat tak ada lagi ruang publik milik bersama, milik rakyat.
Mimpi indah Sukarno tentang Djakarta sebagai kota pusat budaya dunia itu berakhir pada tubuh Henk yang sakit-sakitan itu.
(ditulis : Anton DH Nugrahanto, 2012)