Pelukis: Le Mayeur
Ukuran : 98m X 133m
Media : Oil on Canvas
Status: Stok tersedia
Status: Stok tersedia
Telp: 081.329.7.329.11
Melukiskan delapan wanita sebagai obyek utama dalam lukisan ini, suasana berlatar belakang taman bunga di tepi pantai, nuansa alami nan indah. Tiga wanita diantaranya sedang melakukan tarian, dan 5 wanita yang lainya menyaksikan pertunjukan tarian tiga wanita tersebut, dua diantara wanita yang menyaksikan seolah terpesona dengan keindahan tarian dan mengikuti gerakan tarian.
Tema lukisan mengambil kultur budaya Bali, sebagaimana Le Mayeur sangat kagum akan keindahan alam dan kultur budaya Bali, sehingga banyak karya lukisanya melukiskan wanita Bali dan aktifitasnya dengan latar belakang kebun atau taman bunga di tepi pantai yang indah, seperti: wanita menari, wanita dalam upacara adat, dan istri tercintanya Ni Nyoman Pollok yang selalu ada dalam bagian setiap lukisanya.
Sapuan kuas tebal bertekstur, perpaduan warna kontras terlihat segar, semuanya terkombinasi dalam gaya lukisan impressionism Le Mayeur.
Salah satu pelukis asing terkenal, yang pernah menetap dan tinggal di pulau Bali, nama lengkap Adrien-Jean Le Mayeur de Merpres lahir di Brusel 9 Februari 1880, meninggal di Ixelles 31 Mei 1958 pada umur 78 tahun, dia adalah seorang pelukis dari Belgia, tiba di Singaraja - Bali dengan perahu pada tahun 1932, kemudian menetap di Denpasar.
Le Mayeur menyewa sebuah rumah di banjar Kelandis - Denpasar, tempatnya berkenalan dengan penari legong Ni Nyoman Pollok yang berusia 15 tahun, yang kemudian menjadi model lukisannya.
Sejumlah karya Le Mayeur yang menggunakan Ni Pollok sebagai model dipamerkan di Singapura untuk pertama kalinya pada tahun 1933, yang kemudian sukses dan iapun terkenal. Kembali dari Singapore, Le Mayeur membeli sepetak tanah di Pantai Sanur dan membangun rumah. Di rumah yang menjadi studio ini, Ni Pollok bekerja tiap hari sebagai model bersama 2 sahabatnya. Kecantikan dan kepribadian Ni Pollok telah memikat hati Le Mayeur. Awalnya, ia hanya akan tinggal selama 8 bulan, namun kemudian ia memutuskan untuk tinggal di pulau itu sampai akhir hayatnya.
Setelah 3 tahun bekerja bersama, pada tahun 1935, Le Mayeur dan Ni Pollok menikah. Sepanjang kehidupan pernikahannya, Le Mayeur tetap melukis dengan menggunakan istrinya sebagai model.
Pada tahun 1956, Bp. Bahder Djohan, Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia saat itu mengunjungi Le Mayeur dan Ni Pollok di rumahnya. Bahder begitu terpesona dengan karya pelukis itu dan kemudian mengusulkan kepada pasangan itu untuk melestarikan rumah mereka dan seisinya sebagai museum. Le Mayeur menyetujui gagasan itu dan sejak itu ia bekerja lebih keras untuk menambah banyak koleksi rumah itu dan menambah kualitas karyanya juga.
Akhirnya, impian Le Mayeur menjadi kenyataan ketika pada tanggal 28 Agustus 1957, sebuah dokumen ditandatangani, yang isinya adalah bahwa Le Mayeur mewariskan semua miliknya termasuk tanah, rumah, dan seisinya kepada Ni Pollok sebagai hadiah. Di saat yang sama, Ni Pollok kemudian memindahkan semua yang diwarisi dari suaminya kepada Pemerintah Indonesia untuk digunakan sebagai museum.
Pada tahun 1958, Le Mayeur menderita kanker telinga parah, dan ditemani oleh Ni Pollok ia kembali ke Belgia untuk menerima perawatan medis. Setelah 2 bulan di sana, akhirnya Le Mayeur meninggal dunia dalam usia 78 tahun dan dimakamkan di Ixelles/Elsene, Brusel. Ni Pollok kemudian pulang kampung untuk merawat rumahnya yang menjadi museum hingga kematiannya pada tanggal 18 Juli 1985 dalam usia 68 tahun.
Posting by JAVADESINDO Art Gallery
Lelang online khusus lukisan maestro
Lelang online khusus lukisan maestro
No comments:
Post a Comment