Translate

6.02.2025

>> Lukisan sebagai metafora dari kondisi psikologis individu,khususnya generasi muda masa kini, yang sering terjebak dalam ekspektasi tinggi akibat fenomena FOMO

Judul: Gigit Jari
Pelukis: Heno Airlangga
Ukuran: 65cm x 45cm
Media: Cat Akrilik diatas kanvas
Tahun: 2025
Harga: Rp.12.300.000;

Lukisan berjudul "Gigit Jari" karya Heno Airlangga ini, menyampaikan pesan psikologis yang kuat melalui representasi visual seorang bayi yang sedang menangis sambil menggigit jarinya. Dengan teknik realisme yang halus, ekspresi emosi si bayi digambarkan secara dramatis — alis yang berkerut, air mata yang mengalir, mulut menganga, dan gerakan tangan ke mulut menandakan kekecewaan mendalam.

Kuratorial: Pesan dan Makna

1. Representasi Emosi Frustrasi dan Kehampaan Harapan:
Lukisan ini dapat dimaknai sebagai metafora dari kondisi psikologis individu—khususnya generasi muda masa kini—yang sering terjebak dalam ekspektasi tinggi akibat fenomena FOMO (Fear of Missing Out). Menggigit jari bukan hanya isyarat literal dari si anak yang kecewa, tetapi simbol dari seseorang yang sudah "berharap banyak", namun akhirnya harus menerima kenyataan pahit bahwa apa yang diidamkan hanyalah ilusi atau pepesan kosong.

2. Fenomena Viral dan Realitas Semu:
Dalam konteks budaya digital saat ini, lukisan ini seolah menjadi sindiran tajam terhadap obsesi terhadap hal-hal viral. Banyak orang berlomba mengikuti tren, menggantungkan harapan besar pada popularitas instan atau pencapaian semu, dan ketika hasilnya tidak sesuai ekspektasi, yang tersisa hanyalah kesedihan dan rasa kehilangan arah—digambarkan melalui air mata dan ekspresi patah hati si bayi.

3. Psikologi Infantil sebagai Refleksi Kedewasaan yang Rapuh:
Pemilihan sosok bayi juga merupakan pendekatan simbolik. Bayi identik dengan ketidakmampuan mengelola emosi dan harapan secara rasional. Dalam hal ini, Heno tampaknya mengajak kita bercermin: bahwa dalam era yang didominasi oleh konsumsi cepat dan pencitraan digital, kedewasaan emosional seringkali tidak berkembang seiring usia. Kita semua menjadi bayi yang “gigit jari”—rapuh, kecewa, namun tidak mampu mengartikulasikan kegagalan ekspektasi secara sehat.

Kesimpulan Kuratorial

"Gigit Jari" bukan sekadar potret anak menangis, melainkan kritik sosial dan refleksi psikologis terhadap kondisi manusia modern yang penuh ambisi namun rentan kecewa. Ia menggambarkan paradoks antara harapan yang membumbung tinggi dengan kenyataan yang jatuh membentur tanah. Dengan pendekatan visual yang empatik dan simbolik, Heno Airlangga menyampaikan pesan yang sangat relevan di tengah masyarakat yang semakin lapar validasi dan rentan kehilangan makna.

Lukisan stok tersedia, lukisan berkualitas karya seni tinggi pelukis master terkenal Heno Airlangga, lukisan dilengkapi sertifikat keaslian lukisan bertanda tangan pelukis langsung,  JAVADESINDO Art Gallery melayani pemesanan dan pengiriman lukisan ke seluruh Indonesia, gratis ongkos kirim.

Informasi dan pemesanan:
Email: javadesindo@gmail.com
Tep-Whatsapp: 081329732911

No comments: