"The Scream" merupakan salah satu lukisan paling terkenal dan fenomenal di Dunia, ia pernah memecahkan rekor lukisan termahal sepanjang sejarah, lukisan ini karya seniman Norwegia, Edvard Munch disebut-sebut sebagai pelopor aliran expressionist dan modern art.
"The Scream" dibuat pada 1893, lukisan tersebut kini tersimpan di National Gallery, Kota Oslo, Norwegia. Lukisan tersebut bergambar seorang sosok seorang manusia dengan ekspresi wajah menjerit, berlatar belakang lanskap biru dan langit berwarna merah. Namun tak banyak yang tahu, langit berwarna merah dalam lukisan tersebut erat kaitannya dengan letusan Gunung Krakatau ratusan tahun silam.
"Warna langit yang merah tersebut adalah dampak letusan Gunung Krakatau," tutur Duta Besar Norwegia untuk Indonesia, Stig Traafik dalam konferensi pers Emirates.
Hal itu dibenarkan seorang profesor dari Texas State University, Donald Olson dalam artikel CNN (30/8/2016).
Dalam artikel tersebut, tertulis bahwa Donald dan para koleganya meyakini, langit merah yang dilukis bukanlah imajinasi Edvard Munch semata. Letusan Gunung Krakatau yang terjadi pada 1883 membawa dampak besar terhadap cuaca di seluruh dunia. Letusan Gunung Krakatau membawa abu hingga ke Eropa, menjadikan langit Eropa berwarna merah terang mulai November 1883 sampai Februari 1884.
Inspirasi Edvard Munch konon datang saat ia sedang jalan-jalan di Ljabrochaussen Road (kini Mosseveien Road) di kota pesisir Christiania. Edvard Munch sedang berjalan-jalan sore dan menikmati matahari terbenam di Christinia antara akhir 1883 atau awal 1884.
Langit berwarna merah itulah yang menginspirasi Edvard Munch untuk membuat lukisan "The Scream". Seniman tersebut membuat "The Scream" dalam empat versi.
Versi pertama berada di National Gallery, sementara versi kedua dan ketiga di Munch Museum. Baik National Gallery maupun Munch Museum berada di Oslo, ibu kota Norwegia. Versi terakhir (pastel, 1895) sudah dilelang pada 2012.
Sosok yang dilukis Edvard Munch menggambarkan betapa masif dampak letusan gunung berapi nun jauh di belahan bumi lainnya.
No comments:
Post a Comment