8.26.2016

>> PILIHAN LUKISAN PEMANDANGAN ALAM TERBAIK UNTUK DEKORASI INTERIOR RUANGAN

JAVADESINDO Art Gallery menawarkan koleksi lukisan pemandangan alam berkualitas tinggi oleh para pelukis profesional, pemandangan alam dari seluruh Dunia, kami menghadirkan lukisan pemandangan alam untuk interior ruangan berkelas, banyak pilihan lukisan istimewa yang kami hadirkan untuk anda, nuansa pemandangan alam dari seluruh Dunia, yang bisa anda pilih sesuai keinginan.

Setiap lukisan dilukis oleh pelukis-pelukis profesional, menggunakan media lukisan cat minyak dan cat acrylic diatas canvas. Kami memberikan kemudahan dimanapun anda berada untuk bisa langsung order lukisan via internet secara mudah, praktis dan aman, yang didukung dengan pelayanan profesional dan terpercaya dari JAVADESINDO Art Gallery, untuk informasi lebih lengkap silahkan kunjungi Galleri online kami, KLIK DISINI.

8.22.2016

>> PESAN LUKISAN BERKELAS DARI INTERNET, DI GALERI TERPERCAYA !!

Untuk anda yang ingin memiliki lukisan berkelas dan berkualitas tinggi, baik untuk koleksi mapupun untuk hiasan interior ruangan mewah, pastikan dari JAVADESINDO Art Gallery yang telah terbukti memberikan pelayanan profesional dan terpercaya untuk para kolektor seni papan atas maupun para pecinta lukisan.

Kami menyediakan berbagai jenis gaya dan aliran lukisan, kami juga menerima order lukisan dengan model dan ukuran sesuai keinginan, lukisan cat minyak diatas canvas, cat acrylic diatas canvas, kami menawarkan kemudahan order lukisan via internet dimanapun anda berada, untuk informasi lebih lanjut, silahkan kunjungi Galeri Online lukisan terlengkap dan terbesar kami, KLIK DISINI.

8.12.2016

>> CERITA DIBALIK LUKISAN DULLAH TENTANG PRESIDEN SOEKARNO YANG TIDAK SELESAI

Dullah, pelukis Istana era Presiden Sukarno, bakal menggelar pameran lebih dari 400 lukisan karyanya di Aldiron Plaza, Jakarta, pada 20 Desember 1979. Sejak awal tahun, 34 muridnya sibuk membuat persiapan di sanggar milik Dullah di Desa Pejeng, Gianyar, Bali. Maklum, pameran akan dibuka oleh Wakil Presiden Adam Malik. Dullah pun khusyuk berada di studionya menyelesaikan sebuah lukisan istimewa yang juga akan dipamerkan.

Lukisan Dullah berjudul Rapat Ikada yang belum selesai

Hingga suatu hari seorang pejabat Istana dan rombongannya yang tengah berkunjung ke Bali singgah ke Pejeng untuk sekadar say hello kepada Dullah. Si pejabat terkesiap ketika melihat sebuah lukisan yang dalam proses pengerjaan. "Ini eranya Pak Harto kok melukis Bung Karno," cetusnya menegur Dullah seperti ditirukan Herri Soedjarwanto, salah satu murid Dullah. "Zaman itu orang nyimpan foto Bung Karno saja enggak berani, ini Pak Dullah gambar di kanvas ukuran 2 X 3 meter," kata Herri.

Lukisan Dullah itu berjudul Rapat Ikada. Menurut Herri, lukisan tersebut kira-kira baru dikerjakan sekitar 20 persen, baru warna-warna dasar. “Figur yang kelihatan jelas baru Bung Karno."

Pejabat itu memang tidak mempermasalahkan Dullah menyelesaikan lukisan tersebut. Syaratnya, Dullah juga harus membuat lukisan besar tentang Presiden Soeharto sebagai pendamping. Dullah pun mengiyakan.

Selepas kepergian tamu dari Jakarta itu, dia mengumpulkan murid-muridnya, termasuk Herri. Dullah menuturkan baru saja mendapat order membuat lukisan Soeharto dari Istana. Beralasan sangat sibuk, dia melimpahkan pekerjaan itu kepada murid-muridnya. "Kata manisnya sih enggak sempat bikin gambar, tapi sebenarnya dia enggak mau melukis Pak Harto," kata Herri.

Foto wajah Soeharto lantas diperlihatkan sambil bercerita soal rencana Serangan Umum 1 Maret 1949. "Semua diminta membuat komposisi, dan Pak Dullah memilih komposisi saya," ujar Herri.

Lukisan Bung Karno sendiri tak diselesaikan Dullah, meski ikut dipamerkan bersama 416 lukisan lainnya, termasuk lukisan tentang Soeharto, Letkol Soeharto, Malam Menjelang Serangan Umum 1 Maret, di lantai 3 Aldiron Plaza, Jakarta. Rupanya, setelah ditegur si pejabat Istana, Dullah benar-benar kehilangan mood untuk menuntaskan lukisannya. “Pak Dullah mutung,” ujar Herri. Sampai akhir hayatnya, Dullah tak pernah melanjutkan lukisan tersebut. Lukisan itu kemudian dipamerkan di Museum Dullah di Solo.
(sumber)

8.02.2016

>> 28 LUKISAN KOLEKSI ISTANA DIKAWAL BRIMOB DAN PASPAMRES

Tak hanya presiden yang perlu dikawal secara ketat. 28 Lukisan koleksi Istana Negara Republik Indonesia ini juga dianggap penting, sampai perlu dikawal ketat oleh Brimop dan Paspampres.

Beberapa lukisan diboyong langsung dari Istana Negara Bogor, Cipanas, dan Gedung Agung, Yogyakarta untuk sampai ke Galeri Nasional Indonesia. Ada 28 lukisan yang dipamerkan dalam pameran "Goresan Juang Kemerdekaan : Koleksi Seni Rupa Istana Kepresidenan Republik Indonesia".

"Dari bulan Juli, kami panitia dibantu oleh Brimob dan Paspampers untuk mengawal lukisan-lukisan ini sampai ke sini. Jika di sini seperti tidak terlalu ketat, memang sengaja agar kesannya tak terlalu serius. Tapi hati-hati saja, di sini banyak mata-matanya," kata Mikke Santoso, Kurator pameran Goresan Juang Kemerdekaan, Senin (1/8/2016).

Mikke mengaku tak dapat menjelaskan secara terperinci berapa nilai dari lukisan-lukisan karya maestro lukis Indonesia tersebut. Antara lain lukisan karya Affandi, Basoeki Abdullah, S Sudjojono, dan beberapa maestro lainnya.

"Kalau lukisan Raden Saleh yang Penangkapan Pangeran Diponegoro itu saja, tahun 2010 dinilai oleh Departmen Keuangan mencapai Rp 48 miliar" kata Mikke.

Lukisan yang Mikke maksud terpajang di pameran Goresan Juang Kemerdekaan. Karya seni tersebut tercatat sebagai lukisan tertua di pameran yang dibuat oleh Raden Saleh pada tahun 1857.

Selain bernilai jual tinggi, lukisan-lukisan yang dipamerkan untuk memeringati 71 tahun kemerdekaan RI ini juga memiliki nilai sejarah yang tinggi. Misalnya, lukisan dengan judul "Memanah" karya Henk Ngantung yang merupakan lukisan latar belakang pembacaan proklamasi Indonesia pada 17 Agustus 1945 di rumah Soekarno. Ada pula lukisan Affandi dengan judul "Laskar Rakyat Mengatur Siasat 1" yang awalnya dibuat poster untuk memerjuangkan kemerdekaan Indonesia.

Oleh karena itu, tak heran, peraturan cukup ketat diberlakukan oleh Galeri Nasional selama pameran berlangsung. Pengunjung tak boleh berfoto close up dan menggunakan lampu kamera untuk menghindari plagiarisme, tak boleh membawa tongsis atau benda tajam, dan dilarang makan serta minum di ruang pameran.

Ada delapan orang pemandu yang berkeliling ruang pamer untuk menjelaskan dan mengawasi pengunjung, serta enam orang penjaga keamanan saat acara pameran.

Pameran lukisan "Goresan Juang Kemerdekaan : Koleksi Seni Rupa Istana Kepresidenan Republik Indonesia" diselenggarakan dari 2-30 Agustus 2016 di Galeri Nasional Indonesia, Jakarta Pusat. Pameran dibuka setiap hari mulai pukul 09.00-20.00 WIB.

Tak dipungut biaya untuk mengunjungi pameran ini. Untuk menuju lokasi Galeri Nasional Indonesia yang terletak di Jalan Medan Merdeka Timur.
(referensi)

>> LUKISAN MISTERIUS " SOSOK JOKOWI " KARYA MYURAN SUKUMARAN

Dalam perasaan hancur karena permohonannya untuk mendapatkan grasi ditolak, Myuran Sukumaran akhirnya mengambil kuas lagi. Subyek pertama yang ia lukis adalah orang yang memastikan dirinya akan dieksekusi.

Setelah beberapa minggu mengalami depresi, Sukumaran mulai melukis sosok Presiden Indonesia Joko Widodo atau Jokowi. Ia menyelesaikan lukisan itu pada 23 Januari 2015 tahun lalu dan menulis pesan pedih di sampingnya, "People Can Change" (Orang Bisa Berubah).

Menurut laporan harian Sydney Morning Herald, lukisan berjudul "Jokowi" itu merupakan salah satu lukisan paling bagus karya Sukumaran, anggota kelompok penyelundup narkoba yang dikenal dengan nama "Bali Nine".

Lukisan berjudul 'Jokowi' karya terpidana mati anggota 'Bali Nine' Myuran Sukumaran

Jokowi dilukiskan memandang ke kejauhan. Wajahnya yang tanpa ekspresi dan garis mulut yang sedikit turun mengindikasikan kurangnya belas kasih yang ia tunjukkan kepada si pelukis.

Seorang teman keluarga Sukumaran mengatakan, "Dia bergelut dengan banyak perasaan selama beberapa minggu. Melukis merupakan pengungsiannya. Setelah ia melukis gambar ini, ia kembali mengajar kelas-kelas melukis di Kerobokan, yang telah membantu begitu banyak narapidana lain. Itu merupakan sebuah langkah penting bagi Myuran."

Jika lukisan-lukisan itu dijual, uang dari pekerjaan Sukumaran itu kemungkinan akan diinvestasikan kembali ke program rehabilitasi atau mendukung kelanjutan kelas-kelas kejuruan yang ia dirikan di penjara Kerobokan, termasuk kursus-kursus seninya.

"Myuran menginginkan lukisan-lukisan itu akan digunakan untuk membantu rakyat Indonesia," kata Oivind Zahlsen, yang mengorganisasi pameran karya para murid Sukumaran di Bali, Jumat (6/3/2015) lalu.

Dalam sebuah wawancara dengan filsuf Norwegia yang bermukim di Bali, Ivar Schou, Sukumaran menjelaskan apa yang mendorong dirinya melukis dan mulai kelas seni. "Saya bisa duduk-duduk saja dan tidak melakukan apa pun. Saya bisa merusak atau saya bisa menjadi produktif. Hanya tiga hal itulah pilihan yang saya miliki di dalam sini. Menjadi produktif membuat saya bahagia," katanya dalam wawancara yang direkam, yang dipasok pembuat film, Karen Gall.

Seniman terkenal, Ben Quilty, memacu perubahan pada diri penyelundup narkoba itu untuk duduk di sebuah easel (semacam bangku) dan melukis lagi saat eksekusinya semakin mendekat. Quilty mengatakan kepada Fairfax Media pada Januari lalu bahwa Sukumaran kini seorang seniman seperti dulu lagi.

Myuran Sukumaran

Sukumaran juga dilaporkan melukis pemandangan murung dan phantasmagorical (tidak realistis) tentang Nusakambangan, tempat di mana dia kini tinggal dan menunggu proses eksekusi.

Sukumaran mengatakan kepada Schou pada Mei tahun lalu bahwa ia tidak membenci orang-orang yang menjatuhkan hukuman mati kepadanya. "Tidak. Saya terima bahwa apa yang saya lakukan itu salah. Saya tahu bahwa saya harus dihukum untuk hal itu, tetapi saya berpikir bahwa hukuman mati terlalu berlebihan dan saya harus diberi kesempatan... Saya pikir saya bisa melakukan banyak hal baik di luar jika saya bebas... Saya ingin melakukan hal-hal, seperti bekerja, dan membuat hal-hal baik dan membantu orang. Itulah yang saya harap bisa saya lakukan."

Pemerintah Australia masih terus berupaya untuk membatalkan eksekusi Sukumaran dan seorang anggota "Bali Nine" lainnya, yaitu Andrew Chan. Namun, pria yang ia lukiskan bergeming. Jokowi menegaskan, permohonan grasi terpidana tersebut telah ditolak dan itu tidak berubah.
(referensi)

>> APRESIASI KETUA DPR KEPADA PELUKIS PENYANDANG DISABILITAS

Ketua DPR Ade Komarudin membeli sebuah lukisan dari pameran lukisan karya para penyandang disabilitas yang digelar DPR RI di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Senin (14/3/2016).

Ade memilih lukisan wajah Presiden Joko Widodo berwarna hitam putih. Lukisan tersebut merupakan karya Art Rodhi, pria kelahiran Kendal, 24 November 1989, yang menderita lumpuh di bagian kaki.

"Harganya Rp 2,5 juta," kata Ade.

Ade memilih membeli lukisan tersebut untuk dihadiahkan kepada Presiden Jokowi. Politisi Partai Golkar itu menjadikan lukisan itu sebagai kado bagi Jokowi yang baru saja mendapatkan cucu pertamanya, Jan Ethes Srinarendra.

"Ini untuk Pak Jokowi yang baru jadi kakek," kata dia.

Ade menambahkan, pameran lukisan bagi penyandang disabilitas ini sengaja digelar untuk mendorong pemerintah segera menindaklanjuti Rancangan Undang-Undang Penyandang Disabilitas yang telah diinisiasi oleh DPR.

Salah satu calon ketua umum Partai Golkar tersebut meyakini, UU Disabilitas nantinya akan menjamin kehidupan para penyandang disabilitas untuk lebih berkualitas.
(referensi)

>> SRIHADI MENYEMPURNAKAN GORESAN " S " YANG DILUKIS PRESIDEN JOKO WIDODO

Pelukis Srihadi Soedarsono menyempurnakan goresan berbentuk huruf "S" yang ditorehkan Presiden Joko Widodo (Jokowi) saat pembukaan "17/71: Goresan Juang Kemerdekaan" menjadi sebuah lukisan, di Galeri Nasional, Jakarta.

"Lukisan ini diberi nama Juang Merdeka," kata Srihadi saat memberikan lukisan tersebut kepada kurator "17/71: Goresan Juang Kemerdekaan" Mikke Susanto, Senin (1/8/2016).

Pada saat pembukaan, Senin pagi, Jokowi mencoret kanvas dengan cat akrilik berwarna merah dan membentuk huruf "S".

Kemudian, Jokowi menorehkan garis lengkung berwarna hitam di sisi kanan bawah lukisan tersebut. Setelah itu dia mencoret garis tak beraturan di atasnya dengan cat warna putih.

View image on Twitter
Di Pembukaan Pameran Lukisan 17/71, tadinya mau menggores tulisan "Seni" tapi belum rampung, jadinya abstrak -Jkw

Saat ditanya mengenai makna lukisan tersebut, Jokowi mengatakan dirinya hendak membuat tulisan "Seni". Namun, dia tergesa-gesa sehingga goretan tersebut terlihat cukup abstrak.

Setelah itu, lukisan tersebut barulah disempurnakan Srihadi Soedarsono, dan selesai pada siang harinya.

View image on Twitter
Goresan sederhana sy diteruskan Srihadi Soedarsono jadi indah & bermakna. Judulnya: Bambu Runcing, Merah Putih -Jkw

Adapun, Mikke Susanto berharap lukisan tersebut dapat menjadi lukisan Istana Kepresidenan selanjutnya.

Pameran "17/71: Goresan Juang Kemerdekaan" memamerkan 28 lukisan yang kebanyakan adalah koleksi dari presiden pertama RI Sukarno dan hanya dua lukisan dari era Soeharto. di antaranya "Tara" karya Srihadi Soedarsono.

Pelukis kelahiran Solo 1931 melukis anak perempuannya yang sedang belajar tari Bali di atas cat minyak kanvas berukuran 140 x 140 cm. Lukisan tersebut menjadi milik istana pada tahun 1977.

Menurut Mikke, Soekarno adalah satu-satunya presiden yang memilki kesenangan pada lukisan. Setelah itu, menurut dia, belum ada yang memilki keintiman terhadap seni lukis seperti Soekarno.
(referensi)

8.01.2016

>> SOSOK SANG PELUKIS MAESTRO UANG KERTAS INDONESIA

Murijun ( lahir 26 November 1958; umur 57 tahun ) merupakan seorang engravir Indonesia. Ia mulai bekerja di Perusahaan Umum Percetakan Uang Republik Indonesia (Perum Peruri) tahun 1979 saat ia masih kuliah tingkat akhir di Sekolah Seni Rupa Indonesia (SSRI) Yogyakarta. Saat itu Peruri sedang mencari calon engraver atau pengukir gambar yang memang diperlukan dalam proses pembuatan uang kertas. Engrav merupakan proses pegamanan paling tinggi dalam pembuatan uang kertas. Mujirun disiapkan sebagai tenaga muda untuk mendampingi senior engraver di Peruri yang bernama Pak Sajirun. Kebetulan juga kedua engraver tersebut punya nama yang mirip.

Sejak Sekolah Dasar, Mujirun memang sudah belajar melukis di sanggar lukisan yang diasuh langsung oleh Pak Murtoyo (alm) di Beji, Yogyakarta. Saat kelas 4 SD ia bahkan sudah mulai menjual karya seninya berupa wayang untuk sekedar mendapat uang jajan. Mujirun tertarik pada tawaran Peruri karena perusahaan tersebut menjanjikan akan menyekolahkannya ke luar negeri. Terlebih lagi gaji yang akan terima cukup memuaskan yaitu Rp50.000 per bulan. Sedangkan upah rata-rata kabupaten pada era 1970-an hanya Rp19.000 sebulan.

Mujirun pun kemudian hijrah ke ibu kota. Tapi, beliau tak bisa langsung mengaplikasikan karyanya di Peruri. Ia harus menjalani pendidikan seni lagi. Bahkan hingga ke luar negeri. Mujirun berkesempatan untuk menempuh pendidikan di Swiss, Italia, Inggris, Hongaria dan Malaysia. Selain itu, selama dua tahun beliau belajar engrave di kantor dengan instruktur lulusan Belanda. Juga berkesempatan belajar di ISI serta ITB guna memperdalam teknik engraving pada uang kertas. Sepulang dari Italia, suami Siti Julaeha itu tak langsung mendapatkan kepercayaan membuat gambar-gambar di uang kertas.

Kesempatan tersebut baru datang tiga tahun kemudian. Dia dipercaya untuk menggambar sosok pahlawan Teuku Umar yang digunakan pada uang kertas Rp5 ribu. Menurut Mujirun, selama ini pembuatan gambar uang itu dilakukan dengan proses seleksi yang ketat. Lima engraver Peruri diminta untuk menggambar secara manual dengan teknik pen drawing. Gambar-gambar tersebut kemudian diserahkan ke pimpinan BI. Begitu gambar disetujui, seniman yang membuat baru bisa mengerjakannya.

Yang dikerjakan Pak Mujirun bukan pekerjaan mudah dan remeh. Engrave pada mata uang adalah salah satu pengaman mata uang, sehingga perlu dibuat serumit mungkin namun tetap menghasilkan gambar yang realistis. Proses kerja Pak Mujirun adalah menggambar diatas plat baja, kemudian ia mengukir gambar mata uang tersebut di atasnya. Pak Mujirun harus melakukannya secara perlahan, garis demi garis, teliti dan tidak ada kesalahan. Pelukis dengan teknik pena yang pernah melukis 13 uang kertas Indonesia ini menggunakan pisau baja dan alat ukir khusus berujung mirip huruf V serta alat pembesar gambar di uang kertas. Sedangkan untuk ukuran besar, beliau biasa menggunakan pena Rotring.

Komposisi gambar seperti gelap terang, bayangan, hingga dimensi, dibedakan dengan ukiran garis pada pelat baja. Proses ini tidak boleh salah sedikit pun. Jika terjadi kesalahan, master cetakan akan rusak dan Pak Mujirun harus mengulang proses engrave dari awal.

Teknik engrave termasuk rumit; menggambar menggunakan pisau dengan teknik cukil. Sepintas mirip teknik mengukir. Namun, teknik engrave lebih sulit karena diaplikasikan di media yang kecil dengan skala satu banding satu. Bisa dibayangkan tingkat ketelitian dan presisi hasil kerja Pak Mujirun. Mengenai waktu pengerjaan uang kertas, beliau menghabiskan waktu 3 hingga 4 bulan, sedangkan untuk ukuran besar adalah 3 hingga 4 minggu.

Salah satu karya Mujirun yang membanggakan adalah gambar uang seri “Pak Harto Mesem”. Sebab pembuatannya tidak hanya bersaing dengan engraver dari Peruri. Karyanya harus diadu dengan engraver dari luar negeri. Gambar sketsa wajah Pak Harto karya beliau dan karya engraver dari Australia terpilih untuk diserahkan ke Setneg (Sekretariat Negara) untuk dipilih salah satunya.

Tanpa diduga, pihak Istana Negara menjatuhkan pilihan pada karya Mujirun. Gambar “Pak Harto Mesem” itulah yang kemudian menghiasi uang Rp50.000 yang diterbitkan pada tahun 1995. Selain itu, ada beberapa karya Mujirun lain yang cukup fenomenal. Di antaranya, gambar pahlawan Sisingamangaraja XII di uang Rp1.000 (keluaran 1987), gambar rusa Cervus timorensis untuk uang Rp500 (1988), gambar anak Gunung Krakatau untuk uang Rp100 (1991), gambar Gunung Kelimutu untuk uang Rp5.000 (1991), Ki Hajar Dewantoro di uang kertas Rp20 ribu (1998), Paskibraka di uang Rp50 ribu (1999), gambar Kapitan Pattimura pada uang kertas Rp1.000, gambar Pulau Maitara dan Tidore Rp1.000, serta Tuanku Imam Bonjol Rp5.000 (ketiganya keluaran 2001).


Mujirun juga lah yang membuat gambar pahlawan Oto Iskandar Di Nata pada uang kertas Rp20.000 yang dikeluarkan pada tahun 2004. Sebelum pensiun, pria 55 tahun itu membuat gambar I Gusti Ngurah Rai untuk uang pecahan Rp50 ribu keluaran 2009. Jika diperhatikan, sangat terlihat dari hasil karyanya di uang pecahan kertas tersebut, bagaimana detail dan presisinya gambar wajah tokoh-tokoh di uang pecahan itu. Pak Mujirun membeberkan rahasianya, berlatih menggambar menurutnya melatih kepekaan rasa. Itulah kunci sukses Pak Mujirun,

Dengan terus berlatih dan mengolah rasa. Semua gambar yang ia buat merupakan kumpulan arsiran garis yang kemudian bersatu membentuk gambar utuh. Pak Mujirun mencontohkan, ketika dia hendak membuat mata, dia membuat lingkaran dahulu sebagai pola awal. Kemudian dia membuat arsir, garis-garis kecil untuk membentuk mata, membuat mata tampak berdimensi dan akhirnya menghasilkan satu gambar mata utuh.

Bergabung di Peruri diakuinya lebih merupakan tempat belajar yang juga mendapat gaji. Namun ketika usianya mencapai 50 tahun, persisnya pada tahun 2009, ia mengajukan ikut pensiun dini karena ingin kembali ke dunianya sendiri dan karena ingin lebih banyak berkarya di rumah. Dulu selain menjadi engraver, Pak Mujirun juga melukis lepas. Karya-karyanya dihargai tinggi karena tingkat kerumitan yang tinggi.

Contohnya gambar Presiden SBY memiliki nilai sebesar 25 juta rupiah. Nilai itu wajar karena proses pembuatan lukisan dengan metode arsir ini butuh waktu lama dan ketelitian tinggi. Untuk 1 potret wajah seukuran A4, lama pengerjaannya adalah 1 bulan. Pun dengan teknik langka yang ia miliki, tentunya wajar jika lukisannya dihargai tinggi. Kini, bersama sang istri tercinta Pak Mujirun tinggal menikmati hasil dari jerih payahnya. Lebih banyak menghabiskan waktu dengan bekerja di rumah. Untuk menopang hidup di masa pensiunnya, hasil dari membuat lukisan di rumah telah ia investasikan dalam bentuk beberapa rumah yang disewakan, ada sawah di Yogyakarta dan Bandung yang ditanami palawija, 10 rumah petak sehat di Ciledug yang disewakan pada pedagang bakso, batagor, sate.

Juga ada kios di Jl Joglo yang menjual pigura, lukisan, jasa fotokopi dan menjual pulsa telpon. Beliau mengaku siap seumpama ada klien dari perusahaan yang membutuhkan jasa engrave-nya. Pak Mujirun dan isteri dikaruniai 2 anak laki-laki dan 3 anak perempuan. Anak sulungnya mengikuti jejak ayahnya belajar seni rupa di Institut Seni Indonesia (ISI) Yogyakarta. Sebagai pelukis beraliran dasar realis, Mujirun juga makin aktif mendapat order lukisan. Selama sepuluh bulan terakhir saja dia sudah menyelesaikan lebih dari 20 lukisan. Mereka yang memesan lukisan juga beragam, mulai dari pejabat, pengusaha, pejabat kepolisian bahkan pelajar.
(referensi1) , (referensi2)