7.29.2016

>> SUDUT PANDANG BASUKI ABDULLAH DALAM LUKISAN " KAKAK DAN ADIK "

Lukisan Basuki Abdullah yang berjudul “Kakak dan Adik” merupakan salah satu karyanya yang menunjukkan kekuatan penguasaan teknik realis. Dengan pencahayaan dari samping, figur kakak dan adik yang dalam gendongan terasa mengandung ritme drama kehidupan. Dengan penguasaan proporsi dan anatomi, pelukis ini menggambarkan gerak tubuh mereka yang mengalunkan perjalanan sunyi. Suasana itu, seperti ekspresi wajah mereka yang jernih tetapi matanya menatap kosong. Apabila dengan pakaian mereka yang bersahaja dan berwarna gelap, sosok kakak beradik ini dalam selubung keharuan. Dari berbagai fakta tekstur ini, Basuki Abdullah ingin mengungkapkan empatinya pada kasih sayang dan kemanusiaan.

" Kakak dan Adik " karya Basuki Abdullah, 65cm x 79 cm, oil on canvas, 1971

Namun demikian, spirit keharuan kemanusian dalam lukisan ini tetap dalam bingkai Romantisisime. Oleh karena itu, figur kakak beradik lebih hadir sebagai idealisasi dunia utuh atau bahkan manis, daripada ketajaman  realitas kemanusiaan yang menyakitkan. Pilihan konsep estetis yang demikian dapat dikonfirmasikan pada semua karya Basuki Abdullah yang lain. Dari berbagai mitologi, sosok-sosok tubuh yang telanjang, sosok binatang, potret-potret orang terkenal, ataupun hamparan pemandangan, walaupun dibangun dengan dramatisasi namun semua hadir sebagai dunia ideal yang cantik dengan penuh warna dan cahaya.

Berkaitan dengan konsep estetik tersebut, Basuki Abdullah pernah mendapat kritikan tajam dari S. Sudjojono. Lukisan Basuki Abdullah dikatakan sarat dengan semangat Mooi Indie yang hanya berurusan dengan kecantikan dan keindahan saja. Padahal pada masa itu, bangsa Indonesia sedang menghadapi penjajahan, sehingga realitas kehidupannya sangat pahit, kedua pelukis itu sebenarnya memang mempunyai pandangan estetik yang berbeda, sehingga melahirkan cara pandang/pengungkapan yang berlainan. Dalam kenyataannya estetika Basuki Abdullah yang didukung kemampuan teknik akademis yang tinggi tetap menempatkannya sebagai pelukis besar. Hal itu terbukti dari berbagai penghargaan yang diperoleh, juga didukung dari masyarakat bawah sampai kelompok elite di istana, dan juga kemampuan bertahan karya-karyanya eksis menembus berbagai masa.
(referensi)

>> MAKNA LUKISAN BERJUDUL KAPAL DILANDA BADAI KARYA RADEN SALEH

Lukisan Raden Saleh yang berjudul “Kapal Dilanda Badai” ini merupakan ungkapan khas karya yang beraliran Romantisisme. Dalam aliran ini seniman sebenarnya ingin mengungkapkan gejolak jiwanya yang terombang-ambing antara keinginan menghayati dan menyatakan dunia (imajinasi) ideal dan dunia nyata yang rumit dan terpecah- pecah. Dari petualangan penghayatan itu, seniman cenderung mengungkapkan hal-hal yang dramatis, emosional, misterus, dan imajiner. Namun demikian, para seniman Romantisisme sering juga berkarya berdasarkan pada kenyataan aktual.

" Kapal Dilanda Badai " karya Raden Saleh, 97cm x 74 cm, oil on canvas, 1837

Dalam lukisan “Kapal Dilanda Badai” ini, dapat dilihat bagaimana Raden Saleh mengungkapkan perjuangan yang dramatis, yakni dua buah kapal dalam hempasan badai dahsyat di tengah lautan. Suasana tampak lebih menekan oleh kegelapan awan tebal dan terkaman ombak-ombak tinggi yang menghancurkan salah satu kapal. Dari sudut atas, secercah sinar matahari yang memantul ke arah gulungan ombak, hal ini lebih memberi tekanan suasana yang dramatis.

Walaupun Raden Saleh berada dalam bingkai Romantisisme, namun tema-tema karya lukisannya bervariasi, dramatis, dan mempunyai elan vital yang tinggi. Karya-karya Raden Saleh tidak hanya terbatas pada pemandangan alam, tetapi juga kehidupan manusia dan binatang yang bergulat dalam tragedi. Sebagai contoh, lukisan “Een Boschbrand” (Kebakaran Hutan). “Een Overstrooming op Java” (Banjir di Jawa), “Een Jagt op Java” (Berburu di Jawa). “Gevangenneming van Diponegoro” (Penangkapan Diponegoro). Meskipun demikian, Raden Saleh belum sadar (sepenuhnya) berjuang menciptakan seni lukis Indonesia, tetapi dorongan hidup yang diungkapkan tema-temanya sangat inspiratif bagi seluruh lapisan masyarakat, lebih-lebih kaum terpelajar pribumi yang sedang bangkit nasionalismenya.

Noto Soeroto dalam tulisannya “Bij het 100ste Geboortejaar van Raden Saleh” (Peringatan ke-100 tahun kelahiran Raden Saleh), tahun 1913, mengungkapkan bahwa dalam masa kebangkitan nasional, orang Jawa didorong untuk mengerahkan kemampuannya sendiri. Akan tetapi, titik terang dalam bidang kebudayaan (kesenian) tidak banyak dijumpai. Untuk itu, kebersihan Raden Saleh diharapkan dapat membangkitkan perhatian orang Jawa pada kesenian nasional.
(referensi)

>> PESAN FILOSOFI KEHIDUPAN DARI AFFANDI DALAM LUKISAN " PENGEMIS "

Lukisan Affandi yang menampilkan sosok “Pengemis” (1974) ini merupakan manifestasi pencapaian gaya pribadinya yang kuat. Lewat Ekspresionisme, ia luluh dengan objek-objeknya bersama dengan empati yang tumbuh lewat proses pengamatan dan pendalaman. Setelah empati itu menjadi energi yang masak, maka terjadilah proses penuangan dalam lukisan seperti letupan gunung menuntaskan gejolak lavanya.

Dalam setiap ekspresi, selain garis-garis lukisannya memunculkan energi yang meluap juga merekam penghayatan keharuan dunia batinnya. Dalam lukisan ini terlihat sesosok tubuh renta pengemis yang duduk menunggu pemberian santunan dari orang yang lewat. Penggambaran tubuh renta lewat sulur- sulur garis yang mengalir, menekankan ekspresi penderitaan pengemis itu. Warna coklat hitam yang membangun sosok tubuh, serta aksentuasi warnawarna kuning kehijauan sebagai latar belakang semakin mempertajam suasana muram yang terbangun dalam ekspresi keseluruhan.

" Pengemis " karya Affandi, 99cm x 129 cm, oil on canvas, 1974

Namun dibalik kemuraman itu, vitalitas hidup yang kuat tetap dapat dibaca lewat goresan-goreasnyang menggambarkan gerak sebagaian figur lain. Dalam konfigurasi objek-objek ini, terjadilah komposisi yang dinamis. Dinamika itu juga diperkaya dengan goresan spontan dan efek tekstural kasar dari ‘plototan’tube cat yang menghasilkan kekuatan ekspresi.

Pilihan sosok pengemis sebagai objek-objek dalam lukisan tidak lepas dari empatinya pada kehidupan masyarakat bawah. Affandi adalah penghayat yang mudah terharu, sekaligus petualang hidup yang penuh vitalitas. Objek-objek rongsok dan jelata selalu menggugah empatinya. Namun selain itu, berbagai fenomena kehidupan yang dinamis juga terus menggugah kepekaaan estetiknya. Oleh karena itu, ia sering disebut sebagai seorang humanis dalam karya seninya.

Dalam berbagai penyataan dan lukisannya, ia sering mengungkapkan bahwa matahari, tangan, dan kaki merupakan simbol kehidupan. Matahari merupakan manifestasi dari semangat hidup. Tangan menunjukkan sikap yang keras dalam berkarya, dan merealisasi segala idenya. Kaki merupakan ungkapan simbolik dari motivasi untuk terus melangkah maju dalam menjalani kehidupan. Simbol-simbol itu memang merupakan kristalisasi pengalaman dan sikap hidup Affandi, maupun proses perjalanan keseniannya yang keras dan panjang. Lewat sosok pengemis dalam lukisan ini, kristalisasi pengalaman hidup yang keras dan empati terhadap penderitaan itu dapat terbaca.
(referensi)

>> LUKISAN UNIK PENUH MAKNA " DEMIT 2000 " KARYA DJOKO PEKIK

Karya “Demit 2000” (2001) ini menggambarkan seorang figur penguasa sedang mengungkapkan ekspresi murkanya. Dengan mulut menganga, mata melotot, figur ini lebih menyerupai setan yang berbicara. Pada latar belakang berjajar para anak buah duduk dalam kebekuan dan kepatuhan. Dengan deformsi sebagai tokoh raksasa dalam wayang dan warna yang kontras menyala, karya ini mewakili gaya personal Djoko Pekik sejak masa pematangannya di Sanggar Bumi Tarung.

" Demit 2000 " karya Djoko Pekik, 65cm x 75 cm, oil on canvas, 2001

Pekik merupakan salah seorang pelukis Sanggar Bumi Tarung yang mengembangkan visi estetik kerakyatan revolusioner pada tahun 1960-an. Pandangan ini menempatkan rakyat berhadapan dengan para imperialis dan kapitalis-penindas, serta para kompradornya, fenomena itu selalu ada di sepanjang sejarah republik ini, dari masa kemerdekaan sampai masa reformasi.

Lukisan ini secara simbolik menggambarkan sifat kekuasaan yang kasar dengan dukungan jajaran kepatuhan. Representasi kerasnya kekuasaan tersirat dari figur penguasa yang berwajah sangar demit (setan).
(referensi)

>> SOSOK GARUDA DALAM IMAJINASI PELUKIS ABBAS ALIBASYAH

Dalam lukisan berjudul “Garuda”, penerapan pola dasar geometrik untuk mengabstraksikan bentuk burung sangat dominan. Menjadi unik karena deformasi bentuk garuda telah sedemikian jauh, sehingga yang lebih penting adalah ekspresi berbagai unsur visual yang ada.

" Garuda " oleh Abbas Alibasyah, cat minyak diatas canvas, 100 x 66cm, 1969

Warna merah dengan gradasi ke arah violet dan oranye memberi kekuatan sebagai latar belakang yang ekspresif. Bentuk burung muncul lewat konstruksi serpihan bidang dengan warna kuning dan hijau, diikat dengan tekstur dan goresan kasar yang mencitrakan nafas primitif.

Lukisan ini juga seperti karya-karya Abbas dalam periode itu, yang dipengaruhi oleh sumber-sumber visual dari berbagai patung etnis Nusantara. Sikap estetis Abbas tersebut, merupakan perwujudan yang kongkrit dalam proses pergulatan mempertahankan nilai-nilai indegeneous dalam terpaan gelombang budaya Barat yang terbungkus dalam euforia modernisme masa itu.
(referensi)

7.21.2016

>> 10 MAHAKARYA KARYA SENI DARI KERANGKA DAN TENGKORAK MANUSIA

Buku The Emipre of  Death karya Paul Koudounaris (Thames & Hudson, 2011) menguraikan keberadaan jasad-jasad manusia di sejumlah tempat ibadah Abad Pertengahan, seakan sebagai cara berdialog dengan mereka yang sudah meninggal.

Dengan pengertian tentang dialog tersebut, sejumlah gereja dan biara di Eropa bahkan menjadikan tulang belulang manusia sebagai mahakarya yang mendapat tempat istimewa.

Dikutip dari Listserve.com pada Kamis (14/7/2016), berikut ini adalah 10 tempat di Eropa yang menjadi tempat istirahat istimewa bagi mereka yang sudah meninggal:

1. Pembantaian

Dalam Kapel Makam di Katedral Otranto, Italia, tengkorak para korban pembantaian 1840 diletakkan di atas altar tinggi dan diapit oleh tongkat lilin terbuat dari emas.

Korban yang paling terkenal adalah Antonio Primaldo, seorang yang pertama kehilangan kepalanya karena dipancung oleh pasukan pendudukan Turki. Tubuhnya terempas ke tanah dalam keadaan tegak tanpa kepala. Bahkan kekuatan seekor kerbau pun tidak bisa memindahkannya.

Tubuh tak berkepala itu tetap tegak hingga korban terakhir dibunuh.


2. San Martino

Kapel Makam di San Martino Della Battaglia di Italia merupakan rumah tulang belulang yang paling rapi. Baris demi baris, kolom demi kolom, kerangka manusia teratur seakan seperti buku-buku dalam perpustakaan. Secara keseluruhan, ada 2.619 korban walaupuan hanya ada 1.274 tengkorak.


3. Pemakaman St Hilaire

Walaupun bukan termasuk yang paling mewah dalam daftar, pemakaman St Hilaire di Marville, Prancis, tampak indah justru karena kesederhanaannya. Uniknya, tengkorak-tengkorak disimpan dalam kabinet-kabinet kecil dengan ukiran-ukiran nisan.


4. Kapel Tulang Belulang

Kapel Tulang Belulang menjadi bagian dari Gereja Nossa Senhora do Carmo di Faro, Portugal. Dinding-dinding dan langit-langitnya tersusun dari tulang belulang para biarawan anggota ordo Carmel. Lantai jalur masuknya pun terbuat dari nisan orang-orang penting sebelumnya.


5. Tengkorak Berhias

Tengkorak-tengkorak dalam Kapel St Michael di Hallstatt, Austria, terkenal karena adanya tulisan-tulisan dengan cat.

Hampir semua tengkorak berasal dari para lelaki yang meninggal mendahului istrinya dan kemudian tengkorak mereka dihias oleh para pasangan yang ditinggalkan. Sayangnya tulang belulang para istri diurusi oleh anak-anak yang tidak terlalu peduli, sehingga tetap tanpa hiasan.


6. Pemakaman Sedlec

Pemakaman Sedlec (Pemakaman Semua Orang Kudus) di Republik Ceko adalah salah satu rumah tulang belulang paling terkenal di dunia.

Tulang belulang bukan sekedar diletakkan, tapi bahkan menjadi bagian dekorasi. Salah satu yang paling dikenal adalah tongkat lilin yang seluruhnya terbuat dari tulang belulang manusia seperti tampak di kiri atas foto.


7. Perawan

Seorang wanita yang mengering dapat ditemukan di Kapel Para Perawan dalam ruang bawah tanah Biara Santa Maria Della Pace di Palermo, Italia.

Ia adalah salah satu jasad perawan yang ditempatkan sedang menggenggam ranting daun palem sebagai lambang kemenangan.


8. Vincenzo Piccini

Vincenzo Piccini adalah satu-satunya mumi yang dipasangkan pakaian di Chiesa Dei Morti, bagian dari Biara Buona Morte di Urbania, Italia.

Ia dipakaikan jubah ordo keagamaan yang pernah diikutinya dan mengenakan lencana kematian dari bahan perak.


9. St Pancratius

Tulang belulang St Pancratius ditemukan dalam Gereja St Niklaus di Wil, Swiss. Dulunya, ia dipasangkan baju oleh para biarawati pada akhir 1600-an.

Tapi, pada 1777, bagian-bagian kerangkanya yang lain tiba di Wil sehingga ia kemudian dipasangkan baju zirah.


10. St Gratianus

St Gratianus dihiasi dengan banyak permata dan kain halus yang selayaknya bagi seorang martir. Ia diketahui wafat karena imannya karena tulang belulangnya tegak di atas sebuah cawan berisi darahnya yang telah mengering. Jasadnya diperagakan dalam Basilika Waldsassen di Jerman.
(referensi)

>> TERUNGKAP SATU LAGI LUKISAN KARYA VINCENT VAN GOGH

Van Gogh Museum di Amsterdam telah mengindentifikasi lukisan baru karya pelukis asal Belanda tersebut. Pihak museum mengatakan dalam lukisan yang diberi judul "Sunset at Montmajour'' terdapat pohon, semak-semak, dan langit dengan gaya goresan khas Vincent van Gogh.

Lukisan ini dibuat dalam periode penting van Gogh saat menetap di Arles, Perancis selatan. Museum Van Gogh mengatakan mereka bisa menentukan kapan "Sunset Montmajour" dilukis karena karya ini disinggung van Gogh dalam surat ke saudaranya, Theo, pada Juli 1888.

Para pakar di Museum Van Gogh mengatakan lukisan ini diverifikasi antara lain melalui gaya dan material fisik yang dipakai, dan juga mereka telah melakukan penelusuran sejarah. Selama ini "Sunset at Montmajour'' berada di tangan kolektor pribadi dan dibawa ke museum di Amsterdam dua tahun lalu untuk diverifikasi.

Menurut kantor berita Associated Press, museum tidak menjelaskan secara rinci bagaimana "Sunset at Montmajour" ditemukan, tetapi disebutkan dimiliki warga Norwegia yang mengira ini bukan karya asli van Gogh. Direktur Museum Van Gogh, Axel Rueger, mengatakan, pihaknya sempat menyatakan pada 1990-an bahwa lukisan ini bukan karya van Gogh karena tidak ada tangan dalam lukisan tersebut.

Namun, teknik penelitian baru dan investigasi selama dua tahun membuat mereka yakin bahwa "Sunset at Montmajour" adalah benar-benar dilukis oleh van Gogh.

>> POTONGAN TELINGA VAN GOGH TERNYATA DIBERIKAN KEPADA SEORANG PUTRI PETANI

Sebuah temuan jurnal The Art Newspaper mengungkap fakta bahwa Vincent Van Gogh memberikan potongan telinganya kepada seorang perempuan muda bernama Gabrielle Berlatier. Nama lengkap perempuan itu sebelumnya tidak disebutkan penulis Bernadette Murphy dalam buku terbaru tentang sang pelukis tersebut yang berjudul Van Gogh's Ear: The True Story yang diterbitkan pekan lalu.

Pasalnya, Murphy mengaku sudah berjanji kepada keturunan perempuan tersebut untuk menjaga kerahasiaan namanya.

Namun, setelah buku itu terbit, The Art Newspaper menindaklanjuti rincian dalam buku itu dan menemukan nama lengkap perempuan desa itu. Dia adalah putri seorang petani yang dikisahkan, dalam catatan Institut Pasteur di Paris, tempat Van Gogh dirawat akibat rabies setelah digigit anjing.

Martin Bailey, yang menulis itu dalam The Art Newspaper, mengatakan terungkapnya nama perempuan itu dianggap sebagai pemecahan "salah satu misteri yang melibatkan Van Gogh".

Buku Van Gogh's Ear: The True Story mengungkap fakta bahwa Van Gogh mengiris seluruh bagian telinganya, bukan hanya memotong bagian cupingnya saja.  Van Gogh disebutkan 'menghadiahkan' potongan telinga itu kepada Gabrielle dengan tulisan, "Jaga benda ini dengan hati-hati."

Berdasarkan penelitian terbaru, Gabrielle bekerja sebagai pembantu di rumah-rumah bordil saat dia 'dihadiahi' potongan telinga Van Gogh itu. The Art Newspaper juga menunjukkan bahwa Gabrielle juga mungkin bekerja sebagai tukang bersih-bersih di Cafe de la Gare, yang dikelola dua teman Van Gogh. Sang pelukis juga diketahui sempat tinggal di tempat itu selama beberapa bulan.

Hal ini, sebut artikel itu, kemungkinan membangkitkan rasa ingin tahu bahwa wanita itu adalah seseorang yang sering Van Gogh temui. Nama Gabrielle kemungkinan telah disebut dalam sebuah artikel pada 1936. Dalam artikel itu disebut Gabrielle ditanyai polisi yang dipanggil ke rumah bordil di Arles, tempat Van Gogh memotong telinganya pada 1888.

Namun sejumlah laporan dalam surat kabar saat itu menyebut nama Rachel, yang kemungkinan merupakan nama julukan perempuan itu. Pelukis itu mengiris telinganya karena menderita depresi berat dan sehari kemudian dibawa polisi ke rumah sakit. Setelah peristiwa itu, pelukis terkenal ini meninggal Dunia pada 1890.
(referensi)

7.19.2016

>> MENGAGUMKAN PROSES KARYA SENI INSTALASI BERJALAN DIATAS AIR

Seniman Amerika Christo yang terkenal sebagai "tukang bungkus" sejak lama bermimpi bisa berjalan di atas air. Mimpinya diwujudkan dengan proyek "The Floating Piers" di danau Iseo Italia.

Sulzano: Jadi Terkenal Sedunia

Sulzano, sebuah desa kecil di utara Italia, mulai 18 Juni hingga 3 Juli jadi magnet yang diharap menarik ratusan ribu turis. Di desa inilah Christo membuat proyeknya "The Floating Piers". Impiannya bisa berjalan di atas air, diwujudkan dengan membangun anjungan sepanjang 3 km yang menghubungkan Sulzano dengan dua pulau di danau Iseo.


Dibiayai Sketsa dan Foto

Pengunjung karya seni "The Floating Piers" tidak perlu bayar. Christo hanya ingin sebanyak mungkin turis datang untuk menikmati karyanya yang menelan biaya 13 juta Euro. Biaya untuk karya instalasi super mahal ini, ia kumpulkan dari penjualan sketsa dan fotonya. Dengan itu Christo tetap independen dari cengkeraman sponsor.


Bisa Berjalan di Atas Air

"The Floating Piers" dijuluki keajaiban berikutnya Christo. Jembatan dari kain kanvas selebar 16 meter ini mengambang ditunjang ponton pengapung. Pengunjung bisa berjalan di atas air dari desa Sulzano di daratan ke pulau Monte Isola dan San Paolo. Anjungan untuk sementara jadi ganti ferry yang biasanya menjadi moda utama transportasi 2000 warga pulau.


Pasangan Seniman Christo dan Jeanne-Claude

Christo mengembangkan proyek bersama istrinya Jeanne-Claude, yang meninggal tahun 2009. Karya instalasi yang membuat orang bisa berjalan di atas air adalah ide Christo dari tahun 1970-an. Tapi dua lokasi yang diincar Argentina dan Jepang menolaknya. Akhirnya danau Iseo di utara Italia terbukti jadi lokasi ideal.


Memproduksi Kanvas di Jerman

Material tentu saja dipilih yang terbaik: Made in Germany. Pabrik tekstil Setex di Hamminkeln Jerman yang memproduksi kain nilon berwarna keemasan untuk proyek ini. Diperlukan 90 kilometer persegi kain kanvas, yang tidak hanya dibentang sebagai jembatan di atas air, tapi juga di jalanan di Sulzano dan desa sekitarnya.


Persiapan Bahan

Perusahaan geo - Die Luftwerker di Lübeck Jerman, perlu waktu setahun menyiapkan bahan untuk dijadikan "anjungan". Setiap rol panjangnya lima meter dan beratnya 200 kg. Untuk transportasinya ke Sulzano diperlukan peti khusus sebanyak 200 buah yang diangkut dengan truk.


Perlu Mesin Jahit Raksasa

Saking beratnya material kanvas, untuk menjahitnya pada mesin jahit raksasa, diperlukan dua orang pekerja. Sebuah laser ultrasound memotong kain dengan presisi tinggi. Saat memasangnya pada ponton pengapung, juga perlukan mesin jahit khusus untuk memadukan masing-masing bagian.


Ponton Pengapung

Christo membeli 220.000 unit kubus pengapung dari bahan polietilen yang berfungsi sebagai ponton. Karya instalasi raksasa ini bukan hanya sekedar karya seni, melainkan juga tantangan logistik bagi semua pekerja. Ponton dirangkai menjadi jembatan sepanjang tiga kilometer yang kemudian ditutupi hamparan kanvas.


Christo Akhirnya Bisa Berjalan di Atas Air

Christo mengujicoba jembatan atau anjungan karyanya pada bulan Oktober 2015. Ia menyatakan puas, karena saat berjalan di atas ponton yang dihampari kanvas, bisa merasakan gerakan air di bawahnya.


Keindahan yang Fana

Kanvas tuntas dihamparkan di atas rangkaian ponton, karya seni siap dinikmati pengunjung mulai 18 Juni. Saking kokohnya jembatan instalasi seni "The Floating Piers." ini, secara simultan 20.000 pengunjung bisa berjalan di atasnya. Satu-satunya persyaratan terpenting: cuaca harus bagus.
(sumber)

7.18.2016

>> SEMASA HIDUP VAN GOGH, HANYA SATU LUKISAN INI YANG LAKU TERJUAL

Vincent van Gogh  (1853-1890)  semasa hidup penghargaan untuk karya - karya lukisanya sangat rendah, hampir semua orang tidak mempedulikanya, namun ketenarannya tumbuh justru di tahun-tahun setelah kematiannya. Menurut sejarah Vincent van Gogh hanya berhasil menjual satu lukisan yang berjudul " The Red Vineyard " dibeli oleh pelukis dan kolektor seni Anna Boch.

The Red Vineyard, 75 × 93 cm, oil on canvas, 4 November 1888

Namun sejarah berbalik, hari ini, Van Gogh secara luas dianggap sebagai salah satu pelukis terbesar dalam sejarah dan kontribusinya sangat besar sebagai pondasi seni modern. Van Gogh sebelumnya tidak pernah melukis, hobi dan kegemaranya melukis muncul pada usia 29 Tahun, sebagian besar karya-karya lukisanya yang sangat terkenal dihasilkan pada saat dua tahun di akhir masa hidupnya. 
Selama hidup Vincent van Gogh menghasilkan lebih dari 2.000 karya seni, yang terdiri dari sekitar 900 lukisan,  1100 gambar dan sketsa.


JAVADESINDO Art Gallery
Lukisan repro Van Gogh untuk dekorasi ruangan, KLIK DISINI

7.17.2016

>> KARYA SENI JALANAN YANG MEMUKAU DARI BERBAGAI NEGARA DI DUNIA

Art street atau seni jalanan kini mulai populer, ditangan para seniman dan imajinasi mereka, bangunan tua maupun gedung-gedung menjadi lebih indah dan unik, jalan-jalan nampak menjadi lebih menarik dengan hadirnya " Art Street " disetiap dinding bangunan.

Ditangan para seniman " Art street " mulai populer dan dihargai oleh masyarakat, bahkan bisa menjadi  sumber penghasilan yang menggiurkan, jika dulunya dipandang sebelah mata dan dianggap mengotori jalanan.

Berikut beberapa karya seni jalanan " Art Street " yang memukau dari berbagai seniman dari berbagai Negara di seluruh Dunia.


Amazing work by Belin one



An Architectural Canvas of Shipping Containers Painted With Greek Gods by Pichi & Avo



Artist Jim Vision, New York



Brazilian street by artist Eduardo Kobra



Brusk is a graffiti and street by artist from Paris



Amazing art by Artist C215 in Tudela, Spain



Awesome art by Smugone



Guest post by Burstein



Hyper real Street art – by Adnate



New Street Art by Sebastian Waknin



Amazing art by Samantha French



Street art by Daleast



Street art, Paris, France by Borondo



The completed wall by Bordalo II, Norway.



Towering Animals by ‘Irony & Boe’ Stalk the Streets of London



Zebrating Urban Street Art

7.15.2016

>> 4 VERSI LUKISAN VAN GOGH DI TEMPAT DAN PEMILIK BERBEDA

" Wheat Field with Cypresses " lukisan karya Vincent van Gogh, yang dibuat pada tahun 1889. menggunakan media cat minyak diatas canvas memiliki 3 versi yang sama persis, dan satu lainya dilukis menggunakan media pastel, pen diatas kertsa, namun lokasi keberadaanya ditempat dan pemiliki yang berbeda, dan ukuranya pun juga berbeda.

Lukisan Wheat Field with Cypresses dari 4 versi, masing-masing telah dimiliki oleh Metropolitan Museum of Art New York - Amerika Serikat, National Gallery-London, Van Gogh Museum - Amsterdam, dan pemilik pribadi.

Versi lukisan Wheat Field with Cypresses dengan media pastel, pen diatas kertas dikoleksi oleh Museum Van Gogh - Amstredam.

Salah satu versi lukisan Wheat Field with Cypresses telah dilelang dan dibeli oleh Walter H. Annenberg dengan nilai pembelian USD 57 juta atau sekitar Rp.741 Miliar, pada Bulan Mei 1993, yang kemudian dipinjamkan ke Museum of Art New York - Amerika Serikat.

Berikut 4 versi lukisan Wheat Field with Cypresses karya Vincent van Gogh tersebut:

A Wheatfield with Cypresses by Vincent van Gogh, 73 cm × 93.4 cm, oil on canvas, 1889 (Metropolitan Museum, New York City, Amerika Serikat)



Wheat Field with Cypresses by Vincent van Gogh, 72.1 cm × 90.9 cm, oil on canvas, September 1889 (National Gallery, London)


Wheatfield with Cypresses by Van Gogh, 47 x 62 cm, Black chalk and pen, Juni 1889 ( Van Gogh Museum, Amsterdam )


Wheatfield with Cypresses by Van Gogh, 51,5 x 65 cm, oil on canvas, September 1889 ( Private Collection )



JAVADESINDO Art Gallery
Lukisan repro Van Gogh untuk dekorasi interior, KLIK DISINI

7.14.2016

>> LUKISAN BENDERA NEGARA TERMAHAL DI DUNIA Rp.1,4 TRILIUN

Flag adalah lukisan encaustic karya seniman asal Amerika Jasper Johns. Dibuat ketika Johns berusia 24 Tahun, sekitar Tahun 1954-1955, dua tahun setelah ia diberhentikan dari Angkatan Darat AS, lukisan ini terinspirasi dari bendera AS. Lukisan Bendera Amerika ini merupakan salah satu lukisan karya Jasper Johns yang paling dikenal.

Lukisan " Flag " dilukis dengan cat minyak diatas canvas yang kemudian direkatkan diatas media kayu lapis, lukisan berukuran 107,3 ​​cm x 153,8 cm.

Jasper Johns membuat lebih dari 40 karya lukisan bertema bendera AS, salah satunya adalah lukisan " The Flag ", yang terjual secara pribadi ( private sales ), dengan nilai penjualan USD 110 juta atau sekitar Rp. 1,4 Triliun, pada bulan Maret 2010.

Sedangkan, pada bulan November 2014, lukisan lain namun masih dengan tema yang sama Bendera berjudul " encaustic Flag " karya Tahun 1983, juga terjual melalui reumah lelang Sotheby's New York dengan nilai penjualan USD 36 juta atau sekitar Ro.468 Milliar.

Philip Johnson merupakan seorang yang telah membeli lukisan bendera termahal di Dunia tersebut, dan kemudian menyumbangkan karya seni tersebut kepada sebuah museum seni " Museum of Modern Art, New York "


JAVADESINDO Art Gallery
Lukisan berkualitas tinggi untuk dekorasi ruangan, KLIK DISINI

7.12.2016

>> LUKISAN BERSEJARAH DALAM PAMERAN LUKISAN KOLEKSI ISTANA KEPRESIDENAN INDONESIA

Istana Tampilkan Lukisan Bersejarah dalam Pameran Lukisan Koleksi Istana Kepresidenan. Untuk pertama kalinya, masyarakat luas akan dapat menikmati keindahan karya seni terbaik yang selama ini menghiasi istana di seluruh Indonesia. Istana Kepresidenan Republik Indonesia akan menampilkan karya-karya seni terbaik itu dalam pameran bertajuk “17/71: GORESAN JUANG KEMERDEKAAN”.

Pameran ini akan berlangsung di Galeri Nasional Indonesia, Jakarta, sepanjang bulan Agustus 2016. Akan terdisplay di sana: 28 lukisan terpilih hasil karya 21 pelukis dan sekitar 100 koleksi foto-foto kepresidenan. Pameran ini merupakan bagian dari peringatan Hari Ulang Tahun Kemerdekaan Republik Indonesia ke-71.

Sejumlah lukisan fenomenal itu antara lain karya Raden Saleh, Affandi, S. Sudjojono, Basoeki Abdullah, dan Dullah, pelukis Istana pada era Presiden Sukarno. Ada pula karya pelukis asing seperti Rudolf Bonnet dan Diego Rivera. Tak kalah unik, masyarakat juga dapat menikmati lukisan karya Presiden Sukarno sendiri yang berjudul Rini yang dilukisnya pada 1958.

Istana Kepresidenan di Indonesia berlokasi di Jakarta (Istana Negara dan Istana Merdeka), Bogor, Cipanas, Yogyakarta, dan Tampaksiring-Bali. Di sana tersimpan lebih dari 3.000 lukisan yang telah melalui proses kuratorial pada 2009-2010. Di antara koleksi itu, ada banyak karya legendaris yang merupakan bagian dari tonggak sejarah, tak hanya kesenian, melainkan juga Republik Indonesia.
Koleksi luar biasa ini bermula dari keinginan Presiden Soekarno yang dikenal memiliki selera seni sangat tinggi. Tak heran jika sebagian koleksi itu adalah hasil upaya Presiden Soekarno sendiri, yang tak segan langsung berbelanja ke berbagai galeri atau sanggar seni. Sebagian lukisan itu juga buah tangan dari pemimpin negara-negara lain saat berkunjung ke Indonesia.

Presiden Joko Widodo menyambut baik penyelenggaraan pameran ini. Istana adalah milik rakyat dan sungguh indah jika masyarakat luas juga sesekali dapat menikmati koleksi karya seni terbaik itu melalui pameran yang terbuka untuk umum. "Karya cipta yang bernilai begitu tinggi ini harus dilestarikan," tutur Presiden. Pameran ini merupakan salah satu wujud pertanggungjawaban Istana Kepresidenan yang mendapatkan amanah untuk merawat koleksi-koleksi terbaik itu. “Saya ingin lukisan-lukisan ini akan tetap abadi dan terus menerus bisa disajikan di hadapan publik seluruh dunia,” Presiden menambahkan.

Adapun daftar koleksi lukisan Istana Kepresidenan yang akan ditampilkan adalah sebagai berikut:

1. Affandi, Laskar Rakyat Mengatur Siasat, 1946
2. Affandi, Potret H.O.S. Tjokroaminoto, 1946
3. Basoeki Abdullah, Pangeran Diponegoro Memimpin Perang, 1949
4. Dullah, Persiapan Gerilya, 1949
5. Harijadi Sumadidjaja, Awan Berarak Jalan Bersimpang, 1955
6. Harijadi Sumadidjaja, Biografi II di Malioboro, 1949
7. Henk Ngantung, Memanah, 1943 (reproduksi orisinal oleh Haris Purnomo)
8. Kartono Yudhokusumo, Pertempuran di Pengok, 1949
9. Raden Saleh, Penangkapan Pangeran Diponegoro, 1857
10. S. Sudjojono, Di Depan Kelambu Terbuka, 1939
11. S. Sudjojono, Kawan-kawan Revolusi, 1947.
12. S. Sudjojono, Markas Laskar di Bekas Gudang Beras Tjikampek, 1964
13. S. Sudjojono, Mengungsi, 1950
14. S. Sudjojono. Sekko (Perintis Gerilya), 1949
15. Sudjono Abdullah, Diponegoro, 1947
16. Trubus Sudarsono, Potret R.A. Kartini, 1946/7
17. Gambiranom Suhardi, Potret Jenderal Sudirman, 1956
18. Soerono, Ketoprak, 1950
19. Ir. Sukarno, Rini, 1958
20. Lee Man-Fong, Margasatwa dan Puspita Nusantara, 1961
21. Rudolf Bonnet, Penari-penari Bali sedang Berhias, 1954
22. Hendra Gunawan, Kerokan, 1955
23. Diego Rivera, Gadis Melayu dengan Bunga, 1955
24. Miguel Covarrubias, Empat Gadis Bali dengan Sajen, sekitar 1933-1936
25. Walter Spies, Kehidupan di Borobudur di Abad ke-9, 1930
26. Ida Bagus Made Nadera, Fadjar Menjinsing, 1949
27. Srihadi Soedarsono, Tara, 1977
28. Mahjuddin, Pantai Karang Bolong, tahun tak terlacak (sekitar 1950an)

Dikutip dari
Jakarta, 12 Juli 2016
Kepala Biro Pers, Media dan Informasi Sekretariat Presiden
Bey Machmudin


JAVADESINDO Art Gallery
Lukisan karya pelukis master, KLIK DISINI